Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Untuk sebuah hati yang tak pernah letih berdoa
Untuk sebuah jiwa yang tak ingin khilaf dalam sujudnya
Ku mohon hanya pada-Mu YA ALLAH
Satukan kami dalam ikatan ukhuwah karena-Mu
Dan kumpulkanlah kami kelak di jannah-Mu
Amiin...
Marilah kita saling berbagi cinta dan menjalin ukhuwah hanya untuk ridho Allah swt... ^_^

Jumat, September 03, 2010

Renungan Dialog Selepas Malam


"Akh, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam da'wah. Tapi belakangan rasanya
semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak
pula yang aneh-aneh."Begitu keluh kesah seorang mad'u kepada seorang murobbinya
di suatu malam. Sang murobbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk
dalam diri mad'unya. "lalu apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua
itu ? " sahut sang murobbi setelah sesaat termenung. " Ana ingin berhenti saja,
keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan prilaku beberapa ikhwah yang justru
tidak Islami. Juga dengan organisasi dakwah yang Ana geluti; kaku dan sering
mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri
saja." Jawab mad'u itu.

Sang murobbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman di
wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah
diketahuinya sejak awal. " Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal
mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah sangat bobrok. Layarnya banyak
berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia.
Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?". Tanya sang
murobbi dengan kiasan bermakna dalam. Sang mad'u terdiam dan berfikir. Tak kuasa
hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat. "
Apakah antum memilih untuk terjun kelaut dan berenang sampai tujuan?". Sang
murobi mencoba memberi opsi.

"Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau
kotoran manusia, merasa kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan
lumba-lumba . tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan antum untuk berenangÂ
hingga tujuan?. Bagaimana bila ikan hiu datang. Darimana antum mendapat makan
dan minum? Bila malam datang, bagaimanan antum mengatasi hawa dingin?"
serentetan pertanyaan dihamparkan dihadapan sang mad'u.

Tak ayal, sang mad'u menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan
sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murobbi yang dihormati
justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.