Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Untuk sebuah hati yang tak pernah letih berdoa
Untuk sebuah jiwa yang tak ingin khilaf dalam sujudnya
Ku mohon hanya pada-Mu YA ALLAH
Satukan kami dalam ikatan ukhuwah karena-Mu
Dan kumpulkanlah kami kelak di jannah-Mu
Amiin...
Marilah kita saling berbagi cinta dan menjalin ukhuwah hanya untuk ridho Allah swt... ^_^

Minggu, Agustus 15, 2010

Untuk Kader dari Kader - Apa Mimpi Dakwahmu...? ^^

Assalamu'alaykum.

Ba'da tahmid wash-sholawat

Berawal dari keinginan untuk mengadakan kajian se-MIPA di universitas, pagi itu ana mencoba mengumpukan ikhwah MIPA yang ana kenal. Jarkom sana-sini, sms akhi ini ukhti ini, alhamdulillah ikhwah bisa berkumpul di komsat. Konsolidasi berhasil dilakukan dan ide-ide tersebut diterima. Momentum hari Kartini yang diisi dengan kajian se-MIPA dengan pembicara seorang ustadz bersama istri yang membahas tentang emansipasi serta hal-hal seputar wanita muslimah. Namun, dalam note ini bukan isi dari kajiannya yang ana coba urai (afwan, cz ntar rame n g baik buat anak baru kemaren sore seperti ana yang masih ijo ini kalo keseringan dapet materi kayak dauroh pra-nikah gitu^^ hoho). Namun, ada beberapa hal yang menggelitik ana sejalan dengan proses persiapan acara tanggal 21 April tersebut.

Konsolidasi kedua dilakukan di dalam kampus. Syuro hanya dhadiri oleh segelintir personal saja. Yaah... Biasa aja pikir ana, malah justru ini yang ana ingin supaya tidak terlalu ribet pengelolaannya dan paling tidak ana bisa melihat mana orang yang kemudian bersemangat mana yang tidak (walau kasuistik n gak bisa digeneralisasi).

Hari-H, 21 April telah datang. Malam sebelumnya entah kenapa ana merasa sepertinya ada yang kurang. Pagi harinya pukul 06.00 ana coba kumpulkan kembali ikhwah di mushollah salah satu gedung di MIPA, SPA. Owh iya, masalah publikasi ternyata. Alhamdulillah hanya tiga orang yang datang. Oalaaah... ikhwah, ikhwah, kadang namanya tak seindah maknanya. Orangnya juga tetap ^^
Eh, ada empat ding tapi beliau izin duluan.
Naah.. Di sinilah ada dialog yang kemudian entah kenapa membuat ana tersenyum dan mengingatkan ana pada keindahan sebuah tarbiyah tempat ana berkhidmat ini. Mengingatkan ana pada pesan sang murabbi kepada ana, kepada antum, kepada kader yang beliau harap-harapkan bisa mengusung dakwah ini.
Pada saat itu ana mencoba mengingatkan kembali ada ikhwah masalah karpet untuk akhwat. Ana hanya khawatir tidak cukup mengingat akhwat tarbiyah yang lumayan banyak dan jarkom yang dimasifkan ke semua kader (bahkan sampai ada ikhwah yang berujar dia mendapat jarkom sampai 4 kali ^^). Sejurus kemudian salah seorang ukhti yang hadir dari kimia yang pada saat itu memang terlihat bersemangat mengungkapkan apa yang dia rasakan di dalam mimpinya menjelang kajian yang insyaAllah akan dilaksanakan sore itu. Kurang lebih dia berkata seperti ini,

"Ana kok tadi malam itu mimpi ya... Kajiannya sukses, yang datang banyak bahkan sampai ke belakang."

Subhanallah... Terlepas dari siapa yang mengatakan, bagi sebagian orang sepintas jika diperhatikan (isi) kata-katanya sederhana memang. Tidak ada yang aneh dan khusus. Hanya sebuah mimpi tentang kajian. Tidak ada yang spesial. Namun, ada yang sesuatu yang kemudian mengingatkan ana saat itu juga. Ya... Tentang keindahan halusnya mutiara nasihat yang diungkapkan ustadz Rahmat Abdullah...

In memoriam Ustadz Rahmat Abdullah, sepucuk suratan nasihat untuk kadr pengemban dakwah.
Untuk ana, antum, dan semuanya yang mencita-citakan kemenangan dakwah, kemenangan Islam di muka bumi yang mulai pucat ini.

Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret... Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai
jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi
kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru
jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “Ya Allah, berilah dia petunjuk… Sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang… “

Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari…

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”

(Ustadz Rahmat Abdullah, allahu yarham)



Apakah mimpi-mimpi antum tentang dakwah ini ya ikhwati fillah? ^^

Owh iya, insyaAllah kajian bersama MIPA akan dilaksanakan tiap bulannya. Untuk Mei ini insyaAllah akan diadakan di tempat yang sama pada hari rabu, 19 Mei 2010 dalam momentum HARIKTNAS. Temanya tunggu aja deh... Atau mungkin ada usulan? Tafahdhdol, insyaAllah akan ana tampung =')
Ditunggu masukannya ya ikhwah...

1 komentar:

Yang mau komen apa pun asalkan ahsan, monggo... ^_^