Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Untuk sebuah hati yang tak pernah letih berdoa
Untuk sebuah jiwa yang tak ingin khilaf dalam sujudnya
Ku mohon hanya pada-Mu YA ALLAH
Satukan kami dalam ikatan ukhuwah karena-Mu
Dan kumpulkanlah kami kelak di jannah-Mu
Amiin...
Marilah kita saling berbagi cinta dan menjalin ukhuwah hanya untuk ridho Allah swt... ^_^

Minggu, Agustus 15, 2010

Untuk Kader dari Kader - Likulli Marhatin Rijaluha wa Likulli Marhatin Masyakiluha


Assalaamu’alaykum warohmatullooh wabarokaatuh.
Bismillaahi ar-rohmaan ar-rohiim
Ba’da tahmid wash-sholawat,
Qoolalloohu fil-qur’anil kariim, a'uudzubillaahi minasy-syaithoonirrojiim
"Yaa ayyuhalladziina aamanuu intansyurullooha yansyurkum wayutsabbit aqdaamakum." (QS.Muhammad:7)
Wa qoola rasuulullooh saw.
"“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung kepada niatnya, sedangkan bagi setiap orang itu balasan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang ketika melakukan hijrah itu diniatkan karena Allah dan Rasul Nya, maka pahala hijrahnya tersebut dari Allah dan Rasul Nya, akan tetapi barang siapa yang hijrahnya itu karena dunia yang hendak dicari, atau karena perempuan yang hendak dinikahi, maka pahala hijrahnya itu dari apa yang dia inginkan” (HR.Bukhori-Muslim)


"Likulli marhatin rijaluha wa likulli marhatin masyakiluha.Setiap marhalah itu ada rijalnya, setiap marhalah itu ada masalahnya. Jadi masing-masing kita ada cobaannya dari Alloh subhaanahu wa taala, begitu juga dakwah kita. Obatnya Mabruri adalah kesabaran, keikhlasan antum, pengorbanan temen-temen dan kita kembali ke asholah dakwah ini… Kita ngapain dakwah ini? Kita cemplung dakwah ini, kita habis-habisan dakwah ini karena apa? Karena Allah saja! Kita ingat bagaimana kata Allah bagaimana kata rasul.”

Kutipan kata-kata di atas adalah sebuah nasihat dari ustadz Rahmat Abdullah—Allahu yarham—kepada Mabruri, salah seorang kader, yang pada saat itu mengeluhkan kondisi teman-temannya di setiap halaqoh (lingkaran)—pada saat itu—yang selalu dan teralu membicarakan masalah-masalah politik dan sedikit banyak telah meninggalkan konten dari halaqah yang menjadi penguatan kafaah kader. Ustadz Rahmat yang memang telah memahami akan hal ini, kemudian memberi nasihat kepada Mabruri seperti nasihat di atas. Bahwasannya memang sudah suatu kenicayaan bahwa Allah swt. memberikan ujian pada tiap diri seseorang dan marhalah (tingkatan) kedewasaan dan tempat dia berada. Semakin tinggi tingkat kedewasaan seseorang semakin banyak tanggung jawabnya maka semakin besar pula ujiannya. Semakin tinggi tingkat marhalah tempat kita beramanah semakin luas tanggung jawab yang diemban maka semakin besar pula ujiannya. “Begitu juga dakwah kita”. Ya… begitu juga dakwah yang kita emban.

Dengan jumlah konstituen yang diperoleh PK-Sejahtera dari pemilu pertama setelah reformasi sebanyak 1,5 persen dari seluruh total pemilih yang kemudian meningkat subhanallah sampai 7.5 persen di tahun 2004, tentu banyak imbas yang berpengaruh pada jama’ah kita. Memang sangat wajar ketika kita melihat beberapa ‘penyimpangan’ yang terjadi pada anggotanya, seperti: iklan, cara kampanye dengan musik, baliho yang riskan menuai kontroversi, khilafnya para dewan terpilih, kebijakan politik partai eksternal ke arah negara atau internal pada kader sendiri, dll. Kenapa saya berani menyatakan ‘wajar’ untuk sebuah partai dakwah yang seharusnya selalu konsisten pada nilai-nilai Islam? Karena mau tidak mau, diakui atau tidak, semakin banyak konstituen yang mencapai berjuta-juta jiwa pasti tidak menutup kemungkinan adanya khilaf pada diri pribadi (personal) yang kemudian oleh masyarakat luas—apalagi oleh orang-orang yang tidak menginginkan kemenangan tujuan partai ini—hal ini digeneralisasi bahwa PK-Sejahtera telah menyimpang dari asholah dakwah-nya sehingga membuat berbagai hujatan kepadanya.


Tentu kita sebagai kader yang tsiqoh pada jama’ah ini tidak ingin dengungan—saya sebut dengungan karena memang suaranya kabur dan tidak pasti—negatif seperti ini terus tersemai di kalangan masyarakat luas. Apalagi jika yang mendengar dengungan ini adalah kader-kader anashir qobulut taghyir yang notabene adalah kader-kader yang memiliki semangat juang yang tinggi sehingga kadang mengalami overload informasi dan acapkali mempertanyakan tentang hal ini dan hal itu, kenapa seperti ini dan kenapa seperti itu. (haha… Jadi inget saya dulu ^_^. Gak cukup murobbi sendiri, murobbiyah mama pun jadi sasaran) Lalu apa yang harus kita lakukan?

Jawaban dari pertanyaan ini sebenarnya sudah ustadz Rahmat sampaikan kepada kita dalam nasihat di atas, bahwa kita harus kembali pada asholah dakwah, kembali menyandarkan semuanya kepada ALLAH dan rasul-Nya.

“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Ali Imran: 31)

Dan satu penjelasan yang semoga memudahkan artinya semuanya harus kembali pada satu: ILMU. Ilmu tentang apa tujuan dakwah ini, bagaimana menyemai amalannya, bagaimana cara yang harus dilakukan dalam mem-progress dakwah ini, semuanya harus dikembalikan pada asalnya, dari ALLAH dan rasul-Nya. Ketika segala amalan yang kita lakukan tidak memiliki dasar ilmu tentu semuanya bagai anai-anai yang diterbangkan, sia-sia, termasuk dakwah yang kita lakukan jika niat dan caranya sudah salah.

Al-‘ilmu qobla qouli wal ‘amal.

Bukankah penyimpangan pada suatu yang lurus itu kebanyakan adalah karena ketidaktahuan ilmu yang harus diterapkannya? Mungkin itu juga yang terjadi pada orang-orang di tubuh jama’ah kita (tidak menutup kemungkinan termasuk kita ya ikhwah). Karena jika jama’ah ini sudah mengetahui ilmunya namun sengaja menyimpangkannya demi kepentingan-kepentingan di luar kepentingan dakwah, maka saat itulah baru kita bisa menyatakan bahwa jama’ah ini telah menyimpang dari asholah dakwah. Namun, saya sendiri berpendapat bi idznillah insyaALLAH hal itu tidak akan terjadi. Saya meyakini bahwa para qiyadah di atas pasti memiliki hujjah yang kuat atas segala kebijakan yang dibuat oleh jama’ah ini. Dan memang dengan tidak menutup kemungkinan adanya kesalahan bahwa jama’ah ini adalah jama’ah manusia, marilah kita terus berdoa semoga ALLAH tetap memberikan hidayah dan taufiq-Nya demi kelurusan dan keaslian dakwah yang diusung jama’ah ini dan orang-orang di dalamnya. Amiin.

Dan terakhir,
“Wa allafa bayna quluubihim, lau aqfaqtamaa fil-ardhi jamii’a, maa allafta bayna quluubihim. Wa laa kinnallooha allafa baynahum. Innahuu ‘aziizun hakim.” Dan (Allah-lah) yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman), walaupun kamu menginfakkan seluruh yang ada di bumi, kamu tidak akan dapat mempersatukan hati mereka. Akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Allah Mahagagah Mahabijaksana.

Walloohu a’lam bish-showab.
Tsumma, wassalaamu’alaykum warohmatullooh wabarokaatuh.





Penegak Khilafah Syari'ah
Bintang Gumilang

to be continued-insyaALLAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Yang mau komen apa pun asalkan ahsan, monggo... ^_^