Assalamu'alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh
Untuk sebuah hati yang tak pernah letih berdoa
Untuk sebuah jiwa yang tak ingin khilaf dalam sujudnya
Ku mohon hanya pada-Mu YA ALLAH
Satukan kami dalam ikatan ukhuwah karena-Mu
Dan kumpulkanlah kami kelak di jannah-Mu
Amiin...
Marilah kita saling berbagi cinta dan menjalin ukhuwah hanya untuk ridho Allah swt... ^_^

Senin, September 06, 2010

Aksi Pembakaran Al-Qur’an oleh Geraja Kristen AS---Hal ini justru menambah belang kekafiran mereka. Semoga momen ini digagalkan Allah Yang Mahakuat dan semoga momen ini justru menjadi penggerak hati kaum non-musim menerima hidayah Islam. Amiin

Provokasi dan pelecehan masyarakat Barat terhadap umat Islam tak jua berhenti. The Council on American-Islamic Relations (CAIR) mengungkap rencana gereja-geraja di Florida membakar Alquran dalam sebuah acara yang diberi tajuk: International Burn A Koran Day’. Acara yang diprakarsai World Dove Outreact Center ini nantinya mengagendakan pembagian Aquran kepada setiap jamaah gereja, masyarakat umum, penegak hukum, dan pers. Setelah dibagikan, Alquran tersebut bakal dibakar pada momen peringatan tragedi 11/9.

Perwakilan organisasi tersebut mengatakan akan membakar Alquran di luar gereja pada tanggal 11 September. Mereka juga meminta dukungan masyarakat AS untuk memasyarakatkan ide pembakaran Alquran tersebut. Tak semua gereja mendukung gerakan dan ide gila ini. Beberapa perwakilan gereja di sana secara tegas menolak hal itu.

Menanggapi rencana tersebut, CAIR meminta umat Islam mencegah ide gila yang bisa merusak hubungan baik antara dunia Barat dan Islam yang selama ini terjaga. “Komunitas Muslim Amerika dan masyarakat AS seharusnya mendukung usaha untuk menghilangkan ketakutan terhadap Islam,” ungkap Direktur CAIR National Communications, Ibrahim Hooper, seperti dikutip dari OrlandoSentinel pada Rabu (21/7).

Hooper menyebut hasil riset CAIR menunjukkan gerakan anti-Islam menurun ketika seseorang memiliki akses ke informasi yang akurat tentang Islam dan dapat terhubung secara pribadi dengan komunitas Muslim. terkait hal itu, CAIR mendesak semua pihak agar saling mendukung dan memberikan pengertian untuk melawan ide pembakaran buku tersebut dengan menyelenggarakan diskusi tentang Islam dan Alquran selama Ramadhan.

Transkrip Wawancara dengan Penggagas Hari Membakar Alquran

Jumat, September 03, 2010

Renungan Dialog Selepas Malam


"Akh, dulu ana merasa semangat saat aktif dalam da'wah. Tapi belakangan rasanya
semakin hambar. Ukhuwah makin kering. Bahkan ana melihat ternyata ikhwah banyak
pula yang aneh-aneh."Begitu keluh kesah seorang mad'u kepada seorang murobbinya
di suatu malam. Sang murobbi hanya terdiam, mencoba terus menggali semua kecamuk
dalam diri mad'unya. "lalu apa yang ingin antum lakukan setelah merasakan semua
itu ? " sahut sang murobbi setelah sesaat termenung. " Ana ingin berhenti saja,
keluar dari tarbiyah ini. Ana kecewa dengan prilaku beberapa ikhwah yang justru
tidak Islami. Juga dengan organisasi dakwah yang Ana geluti; kaku dan sering
mematikan potensi anggota-anggotanya. Bila begini terus, Ana mendingan sendiri
saja." Jawab mad'u itu.

Sang murobbi termenung kembali. Tidak tampak raut terkejut dari roman di
wajahnya. Sorot matanya tetap terlihat tenang, seakan jawaban itu memang sudah
diketahuinya sejak awal. " Akhi, bila suatu kali antum naik sebuah kapal
mengarungi lautan luas. Kapal itu ternyata sudah sangat bobrok. Layarnya banyak
berlubang, kayunya banyak yang keropos bahkan kabinnya bau kotoran manusia.
Lalu, apa yang akan antum lakukan untuk tetap sampai pada tujuan?". Tanya sang
murobbi dengan kiasan bermakna dalam. Sang mad'u terdiam dan berfikir. Tak kuasa
hatinya mendapat umpan balik sedemikian tajam melalui kiasan yang amat tepat. "
Apakah antum memilih untuk terjun kelaut dan berenang sampai tujuan?". Sang
murobi mencoba memberi opsi.

"Bila antum terjun ke laut, sesaat antum akan merasa senang. Bebas dari bau
kotoran manusia, merasa kesegaran air laut, atau bebas bermain dengan ikan
lumba-lumba . tapi itu hanya sesaat. Berapa kekuatan antum untuk berenangÂ
hingga tujuan?. Bagaimana bila ikan hiu datang. Darimana antum mendapat makan
dan minum? Bila malam datang, bagaimanan antum mengatasi hawa dingin?"
serentetan pertanyaan dihamparkan dihadapan sang mad'u.

Tak ayal, sang mad'u menangis tersedu. Tak kuasa rasa hatinya menahan kegundahan
sedemikian. Kekecewaannya kadung memuncak, namun sang murobbi yang dihormati
justru tidak memberi jalan keluar yang sesuai dengan keinginannya.

Selasa, Agustus 17, 2010

Speechless

Hari ini, hari yang mungkin akan menjadi salah satu hari terkenang di masa yang akan datang.
Masa di saat aku tak muda lagi, masa dimana saat itu aku hanya akan bisa mengenang memori indahnya masa lalu.
Ya, masa yang tak akan terulang untuk kedua kalinya, masa yang mungkin bila aku sanggup memohon kepada Tuhan untuk memberikan waktu lebih lama, aku pasti akan meminta-Nya, untuk akhir yang berbeda.
Ditemani keheningan malam, yang esok kan kutinggalkan semua masa silam, izinkan ku mengenang lewat apa yang telah kau berikan dengan indah....


Dalam persahabatan yang tanpa kata, segala pikiran, harapan, dan keinginan
terungkap dan terangkum bersama-menyimpan keutuhan.
Ketika tiba saat perpisahan, jangan kalian berduka,
sebab apa yang kalian kasihi darinya
mungkin akan nampak lebih cemerlang dari kejauhan
seperti gunung yang tampak lebih agung terlihat dari padang dan daratan.
Jangan ada tujuan lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya jiwa.
Karena cinta kasih yang masih mengandung pamrih
hanyalah jaring yang ditebarkan ke udara-hanya menangkap kekosongan semata.
-T. 'I'. H.-

Minggu, Agustus 15, 2010

Untuk Kader dari Kader - “Semoga Anak-anak Bisa Menggantikan Abinya”, Sumarni, Istri (Almarhum) Ustadz Rahmat Abdullah

Sumarni, Istri (Almarhum) Ustadz Rahmat Abdullah
“Semoga Anak-anak Bisa Menggantikan Abinya”

Kedukaan menyelimuti keluarga almarhum Ustadz Rahmat Abdullah di kawasan Pondok Gede, Bekasi, Jawa Barat. Di tengah suasana itu, Sumarni, istri almarhum, berkenan menuturkan kenangannya, tentang keseharian dan harapan almarhum pada Wasilah dari Tarbawi, Jum’at sore, 17 Juni 2005 (tiga hari setelah beliau wafat). Di sela perbincangan, Sumarni sering tak mampu menahan tangis. Beberapa kali kata-katanya tercekat dan keharuan dalam diam panjang menyelimuti kami. Namun sesekali kenangan jenaka bersama sang suami, membuatnya tersenyum. Saat berbagi, Sumarni ditemani ibunda dan beberapa sahabatnya, yang juga tak mampu menahan keharuan. “Abi sangat baik, subhanallah,” tutur Sumarni berkali-kali. Berikut penuturannya:

Saat berangkat ke DPR pada Selasa (14 Juni 2005) pagi itu, Abi (ustadz Rahmat Abdullah) sehat-sehat saja. Biasa saja, tidak ada semacam nasehat atau sikap berbeda. Maka saya berkali-kali bertanya, ya Allah, semua ini mimpi tidak (terdiam, menangis). Tidak disangka kalau keluar dari rumah itu untuk terakhir kali (ustadz Rahmat Abdullah wafat pada Selasa malam, 14 Juni). Sebelum berangkat, Abi memang senyum, tapi cuma senyum saja. Barangkali maksudnya perpisahan, tapi saya tidak paham.

Selasa pagi itu, Abi ke DPR diantar Yitno, yang sudah lama bersama Abi. Yitno yatim sejak kecil, jadi sama Abi seperti bapak sendiri. Saya tanya ke Yitno, hari itu di mobil Abi bicara apa. Ternyata tidak seperti biasanya, Abi tidak banyak bicara, cuma baca koran saja.

Malam Selasanya, Abi tanya tentang anak-anak, yang tahun ini keluar sekolah siapa. “Thoriq,” saya bilang. Fida kan belum kuliah lagi, kecuali kalau tahun ini ia masuk kuliah kembali. Eba sama Isda masih lama lulusnya. Abi sering bilang sama anak-anak, sekolah tujuannya bukan cari uang atau kerja, tapi cari ilmu.

Lantas Abi bilang, “Nai (panggilan khasnya untuk Sumarni), ada tempat makan bagus deh, makanannya biasa, tapi suasananya subhanallah, indah dan wangi, nanti kita ke sana ya.” (menangis)

Untuk Kader dari Kader - Episode Cinta untuk Ustadz Rahmat Abdullah-allahuyarham

Merendahlah

Engkau kan seperti bintang-gemintang

Berkilau di pandang orang

Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi

Janganlah seperti asap

Yang mengangkat diri tinggi di langit

Padahal dirinya rendah-hina


Ustadz Rahmat Abdullah allahu yarham




Seperti tak percaya aku mendengar kabar itu: kau sudah pergi untuk selamanya. Dan kenangan demi kenangan berkelebat cepat di benakku, menyisakan satu nama: Rahmat Abdullah.

Kita memang tak banyak bertemu, tak banyak bercakap. Tapi percayakah kau, aku menjadikanmu salah satu teladan diri. Kau menjelma salah satu sosok yang kucinta. Tahukah kau, hampir tak ada tulisanmu yang tak kubaca? Dan setelah membacanya selalu ada sinar yang menyelusup menerangi kalbu dan pikiranku. Tidak sampai di situ, buku-bukumu selalu membuatku bergerak. Ya, bergerak!

Kau mungkin tak ingat tentang senja itu. Tapi aku tak akan pernah melupakannya. Saat itu kau baru saja pulang dari rumah sakit untuk memeriksakan kesehatanmu. Aku dan seorang teman menunggumu. Kami membutuhkanmu untuk memberi masukan terhadap apa yang tengah kami kerjakan. Tanpa istirahat terlebih dahulu, dengan senyuman dan kebersahajaan yang khas, kau menemui kami. Tak kau perlihatkan bahwa kau sedang tak sehat. Bahkan kau bawa sendiri makanan dan minuman untuk kami. Dengan riang kau menyemangati kami.

“Ini kebaikan yang luar biasa,” katamu. “Bismillah. Berjuanglah dengan pena-pena itu!”

Untuk Kader dari Kader - Apa Mimpi Dakwahmu...? ^^

Assalamu'alaykum.

Ba'da tahmid wash-sholawat

Berawal dari keinginan untuk mengadakan kajian se-MIPA di universitas, pagi itu ana mencoba mengumpukan ikhwah MIPA yang ana kenal. Jarkom sana-sini, sms akhi ini ukhti ini, alhamdulillah ikhwah bisa berkumpul di komsat. Konsolidasi berhasil dilakukan dan ide-ide tersebut diterima. Momentum hari Kartini yang diisi dengan kajian se-MIPA dengan pembicara seorang ustadz bersama istri yang membahas tentang emansipasi serta hal-hal seputar wanita muslimah. Namun, dalam note ini bukan isi dari kajiannya yang ana coba urai (afwan, cz ntar rame n g baik buat anak baru kemaren sore seperti ana yang masih ijo ini kalo keseringan dapet materi kayak dauroh pra-nikah gitu^^ hoho). Namun, ada beberapa hal yang menggelitik ana sejalan dengan proses persiapan acara tanggal 21 April tersebut.

Konsolidasi kedua dilakukan di dalam kampus. Syuro hanya dhadiri oleh segelintir personal saja. Yaah... Biasa aja pikir ana, malah justru ini yang ana ingin supaya tidak terlalu ribet pengelolaannya dan paling tidak ana bisa melihat mana orang yang kemudian bersemangat mana yang tidak (walau kasuistik n gak bisa digeneralisasi).

Hari-H, 21 April telah datang. Malam sebelumnya entah kenapa ana merasa sepertinya ada yang kurang. Pagi harinya pukul 06.00 ana coba kumpulkan kembali ikhwah di mushollah salah satu gedung di MIPA, SPA. Owh iya, masalah publikasi ternyata. Alhamdulillah hanya tiga orang yang datang. Oalaaah... ikhwah, ikhwah, kadang namanya tak seindah maknanya. Orangnya juga tetap ^^
Eh, ada empat ding tapi beliau izin duluan.
Naah.. Di sinilah ada dialog yang kemudian entah kenapa membuat ana tersenyum dan mengingatkan ana pada keindahan sebuah tarbiyah tempat ana berkhidmat ini. Mengingatkan ana pada pesan sang murabbi kepada ana, kepada antum, kepada kader yang beliau harap-harapkan bisa mengusung dakwah ini.
Pada saat itu ana mencoba mengingatkan kembali ada ikhwah masalah karpet untuk akhwat. Ana hanya khawatir tidak cukup mengingat akhwat tarbiyah yang lumayan banyak dan jarkom yang dimasifkan ke semua kader (bahkan sampai ada ikhwah yang berujar dia mendapat jarkom sampai 4 kali ^^). Sejurus kemudian salah seorang ukhti yang hadir dari kimia yang pada saat itu memang terlihat bersemangat mengungkapkan apa yang dia rasakan di dalam mimpinya menjelang kajian yang insyaAllah akan dilaksanakan sore itu. Kurang lebih dia berkata seperti ini,

"Ana kok tadi malam itu mimpi ya... Kajiannya sukses, yang datang banyak bahkan sampai ke belakang."

Subhanallah... Terlepas dari siapa yang mengatakan, bagi sebagian orang sepintas jika diperhatikan (isi) kata-katanya sederhana memang. Tidak ada yang aneh dan khusus. Hanya sebuah mimpi tentang kajian. Tidak ada yang spesial. Namun, ada yang sesuatu yang kemudian mengingatkan ana saat itu juga. Ya... Tentang keindahan halusnya mutiara nasihat yang diungkapkan ustadz Rahmat Abdullah...

In memoriam Ustadz Rahmat Abdullah, sepucuk suratan nasihat untuk kadr pengemban dakwah.
Untuk ana, antum, dan semuanya yang mencita-citakan kemenangan dakwah, kemenangan Islam di muka bumi yang mulai pucat ini.

Memang seperti itu dakwah. Dakwah adalah cinta. Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai pikiranmu. Sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.

Untuk Kader dari Kader - ANA RINDU DENGAN ZAMAN ITU… )|(

Assalamu'alaykum.

Ba'da tahmid wash-sholawat.

Ikhwa fillah rahimakumullah... Bagaimana kabar iman hari ini? Bagaimana pula dengan hati?
Tempo hari lalu ana dapat selentingan dari salah satu ikhwah kenapa udah jarang menulis note lagi. Subhanallah... Alhamdulillah... Asif jiddan ya akh. InsyaAllah ana sempatkan menulis jika memang itu bermanfaat, bagi antum semuanya terlebih bagi ana pribadi.

Namun, seteah mencoba berpikir kq bingung, mau nulis apa ya?
Coba-coba browsing tentang tandzim tarbiyah, eh... Ada yang bagus.
InsyaAllah di sini ana masih berbicara seputar pribadi syaikhut tarbiyahm ustadz Rahmat Abdullah allahu yarham. Namun, kali ini tidak dari nasihat-nasihat beliau yang selalu menguatkan ghirah kita, melainkan dari mad'u beliau, dari kader beliau.

Seorang al-akh yang merindukan zaman perjuangan ini, zaman dimana materi bukanlah hal penting bagi mereka, zaman dimana totalitas adalah syarat kejayaan dakwah yang dicita-citakan, zaman dimana tangis doa masih selalu membasahi jejak-jejak perjuangan dakwah, zaman dimana asholah masih tegak dengan komitmen yang kuat terhadap keaslian dakwah yang disadari merupakan jalan panjang yang menuntut kesabaran, keikhlasan, dan pengorbanan tanpa harus isti'jal, tergesa-gesa menerima kemenangan.

Selamat menyimak~

Source: http://noorahmat.multiply.com/journal/item/63

Ikhwah budiman, surat ini ditulis seorang kader dakwah sebelum wafatnya guru dakwah Ustadz Rahmat Abdullah rahimullah. Dwi Fahrial, penulis surat ini, menggali keindahan memori dakwah yang ada dalam benak dan pikirannya pada masa2 yang telah lewat. Tentang kegigihan para kader dalam mempertahankan prinsip yang mereka yakini kebenarannya. Tentang sejumlah keprihatinan yang ditemukan penulisnya pada fase dakwah sekarang. Maka, surat ini pun diberi judul oleh penulisnya, “Ana rindu dengan zaman itu…”Aq sengaja mengetik dan menyuguhkannya pada blogku kali ini. Pada saat aq membacanya di majalah da’watuna, gagal mata ini menahan linangan air mata. Karena mungkin, aqlah salah satu dari mereka yang penulis khawatirkan dan dirindukan untuk kembali. Walaupun, “zaman” itu belumlah pernah aq rasakan. Tapi…aq ingin sekali mencoba merasakan nikmatnya mengisi hari2 seperti ikhwah pada “zaman” itu…Bagaimana dengan kalian ikhwah fillah…?


ANA RINDU DENGAN ZAMAN ITU…
( Surat terbuka untuk ustadz Rahmat Abdullah yang dimuliakan Allah)

Untuk Kader dari Kader - Likulli Marhatin Rijaluha wa Likulli Marhatin Masyakiluha


Assalaamu’alaykum warohmatullooh wabarokaatuh.
Bismillaahi ar-rohmaan ar-rohiim
Ba’da tahmid wash-sholawat,
Qoolalloohu fil-qur’anil kariim, a'uudzubillaahi minasy-syaithoonirrojiim
"Yaa ayyuhalladziina aamanuu intansyurullooha yansyurkum wayutsabbit aqdaamakum." (QS.Muhammad:7)
Wa qoola rasuulullooh saw.
"“Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung kepada niatnya, sedangkan bagi setiap orang itu balasan apa yang dia niatkan. Barangsiapa yang ketika melakukan hijrah itu diniatkan karena Allah dan Rasul Nya, maka pahala hijrahnya tersebut dari Allah dan Rasul Nya, akan tetapi barang siapa yang hijrahnya itu karena dunia yang hendak dicari, atau karena perempuan yang hendak dinikahi, maka pahala hijrahnya itu dari apa yang dia inginkan” (HR.Bukhori-Muslim)


"Likulli marhatin rijaluha wa likulli marhatin masyakiluha.Setiap marhalah itu ada rijalnya, setiap marhalah itu ada masalahnya. Jadi masing-masing kita ada cobaannya dari Alloh subhaanahu wa taala, begitu juga dakwah kita. Obatnya Mabruri adalah kesabaran, keikhlasan antum, pengorbanan temen-temen dan kita kembali ke asholah dakwah ini… Kita ngapain dakwah ini? Kita cemplung dakwah ini, kita habis-habisan dakwah ini karena apa? Karena Allah saja! Kita ingat bagaimana kata Allah bagaimana kata rasul.”

Kutipan kata-kata di atas adalah sebuah nasihat dari ustadz Rahmat Abdullah—Allahu yarham—kepada Mabruri, salah seorang kader, yang pada saat itu mengeluhkan kondisi teman-temannya di setiap halaqoh (lingkaran)—pada saat itu—yang selalu dan teralu membicarakan masalah-masalah politik dan sedikit banyak telah meninggalkan konten dari halaqah yang menjadi penguatan kafaah kader. Ustadz Rahmat yang memang telah memahami akan hal ini, kemudian memberi nasihat kepada Mabruri seperti nasihat di atas. Bahwasannya memang sudah suatu kenicayaan bahwa Allah swt. memberikan ujian pada tiap diri seseorang dan marhalah (tingkatan) kedewasaan dan tempat dia berada. Semakin tinggi tingkat kedewasaan seseorang semakin banyak tanggung jawabnya maka semakin besar pula ujiannya. Semakin tinggi tingkat marhalah tempat kita beramanah semakin luas tanggung jawab yang diemban maka semakin besar pula ujiannya. “Begitu juga dakwah kita”. Ya… begitu juga dakwah yang kita emban.

Dengan jumlah konstituen yang diperoleh PK-Sejahtera dari pemilu pertama setelah reformasi sebanyak 1,5 persen dari seluruh total pemilih yang kemudian meningkat subhanallah sampai 7.5 persen di tahun 2004, tentu banyak imbas yang berpengaruh pada jama’ah kita. Memang sangat wajar ketika kita melihat beberapa ‘penyimpangan’ yang terjadi pada anggotanya, seperti: iklan, cara kampanye dengan musik, baliho yang riskan menuai kontroversi, khilafnya para dewan terpilih, kebijakan politik partai eksternal ke arah negara atau internal pada kader sendiri, dll. Kenapa saya berani menyatakan ‘wajar’ untuk sebuah partai dakwah yang seharusnya selalu konsisten pada nilai-nilai Islam? Karena mau tidak mau, diakui atau tidak, semakin banyak konstituen yang mencapai berjuta-juta jiwa pasti tidak menutup kemungkinan adanya khilaf pada diri pribadi (personal) yang kemudian oleh masyarakat luas—apalagi oleh orang-orang yang tidak menginginkan kemenangan tujuan partai ini—hal ini digeneralisasi bahwa PK-Sejahtera telah menyimpang dari asholah dakwah-nya sehingga membuat berbagai hujatan kepadanya.

Sabtu, Agustus 14, 2010

Untuk Kader dari Kader - Jangan Sampai Orang-orang Tarbiyah Dibenci

Assalaamu'alaykum waromatullooh wabarokaatuh
Bismillaahi ar-rohmaan ar-rohiim
Ba’da tahmid wash-sholawat,
Qolalloohu fil-qur’anil kariim, a'uudzubillaahi minasy-syaithoonirrojiim
"Inahsantun ahsantum lianfusikum. Wa inasa'tum falahaa" (QS. Al-Isro’:7), wa qoola 'aidhon
"Wa likulliwwijhatun huwa muwalliihaa. Fastabiqul khoyroot" (QS. Al-Baqoroh:148)

Wa qoola rasuulullooh saw.
“… Maka jauhilah neraka meskipun dengan setengah kurma. Dan bagi yang tidak bisa, hendaklah dengan perkataan yang baik” (Muttafaq ‘alaih)


Mengenang seseorang yang sangat berarti bagi hidup kita adalah suatu keniscayaan. Terlebih bila seorang yang kita kenang adalah orang mampu mengubah pola pikir dan pandang kita terhadap dunia ini. Dari yang abstrak tak jelas visinya menjadi terang bahwa satu yang dicari, dari yang abu-abu jelas hitam-putihnya dan dari yang tak tersentuh menjadi dapat diraba dan insyaALLAH dapat diraih jika mau berusaha. Itulah sekilas maqom kita sebelum mengenal ISLAM yang syamil-kamil-mutakamil dan sesudahnya.

Dalam note kali ini izinkanlah saya mengenang kata-kata seorang pribadi yang tak pernah saya temui dan saya rasa tak pernah saya akan menemuinya kecuali di surga–insyaALLAH, semoga ALLAH mengumpulkan saya dengan Rasululloh saw. dan orang-orang mukmin di surganya kelak (yang baca note ini juga. Amiin)–. Namun, sungguh beliau telah menginspirasi saya untuk bergabung dalam tandzim suatu jama’ah, hanya melalui sebuah film. Ya, hanya melalui sebuah film yang dibiografikan untuk beliau, Sang Murabbi Mencari Spirit Yang Hilang, mengenang syaikhut tarbiyah: Ustadz Rahmat Abdullah—allahu yarham–.

“Jangan sampai nanti orang-orang tarbiyah dibenci gara-gara orientasi kekuasaan. Dia tidak boleh berbangga dengan bangunannya, lalu tertidur-tidur tidak pernah mengurus urusan hariannya. Tetap dia harus kembali pada akar masalahnya, akar tarbiyahnya, mahabbin, tempat kancah dia dibangun.”

Untuk Kader dari Kader--Prolog

Tempo waktu yang lalu, selama ane di Malang. Alhamdulillah, sempat juga aktif juga update FB di sebarang aplikasinya. Mulai dari status, foto, link, dan notes pun tak ketinggalan [Hmm... Tak habis pikir, pantes gak ya bilang alhamdulillah dalam hal ini. Ah, masa bodo yang penting gak semuanya nihil manfaat].

Jika dibilang suka nulis, emang sih ane suka nulis. Tapi, kalo dibilang pinter nulis, wah itu beda lagi... Kalo yang ini mah gak berani njamin. Namun, paling tidak sempat muncul azzam untuk selalu belajar dan terus berkarya apa pun karya dan bentuknya. Dan salah satunya yang sempat terlahir dalam usaha ini adalah tag "Untuk Kader dari Kader" yang berisi syarah (kalo boleh dibilang syarah sih) dari kutipan nasihat dan petuah Sang Murabbi, Asy-Syaikhut Tarbiyah Indonesia Ustadz Rahmat Abdullah allahu yarham.

Beberapa pekan yang ane habiskan di Malang, alhamdulillah sudah ada beberapa posting dalam notes FB yang telah dipublish. Naah niatnya mau ane posting kembali di blog ini, itung-itung menuhin halaman blog, ya gak? ^_^
Paling tidak semoga yang tidak sempat tergabung dalam FB dan belum bisa membacanya, bisa mendapatkannya dari blog ini. Dan insyaAllah tulisan tag "Untuk Kader dari Kader" akan terus ditambah, mengingat tujuan awal penulisan adalah menjaga fikroh asholah da'wah di era menuju mihwar dauli yang syarat godaan iman ini--insyaAllah.

Jumat, Agustus 13, 2010

Why Do We Read Quran Even If We Can't Understand A single Arabic Word?

"Why Do We Read Quran Even If We Can't Understand A single Arabic Word?"
Mengapa ya?
Ini salah satu pertanyaan yang dulu sempat terlintas dalam pikiranku, Kawan.
Tak kusangka bisa ku dapatkan jawabannya lewat dunia maya ini. Ya, pertanyaan simpel namun juga cukup mebuat kita bertanya-tanya, "Mengapa kita membaca sekalipun kita tidak dapat memahami satu patah kata Arab pun?"

Check this out, suatu cerita yang sedikit menggelitik tentang Al-Quran, mengapa harus dibaca sekalipun kita tidak dapat memahami arti atau penafsirannya. Eits, tapi bukan berarti kemudian kita boleh saja tidak mempelajarinya lho ya... Semuanya berproses dari sekadar membaca, mengartikan, memahami, menghayati sampai menafsirkan berdasarkan pemahaman salafus-shalih dan mufassirin.

Disadur dari : http://rohis94.blogspot.com/2008/11/why-do-we-read-quraan.html dan sumber-sumber umum lainnya (cerita ini sudah banyak beredar tanpa ada keterangan sumber asal yang jelas)

Why do we read Quraan, even if we can't understand a single Arabic word ?
Mengapa kita membaca AlQuran meskipun kita tidak mengerti satupun artinya ?

This is a beautiful story :
Ini suatu cerita yang indah :


An old American Muslim lived on a farm in the mountains of eastern Kentucky with his young grandson. Each morning Grandpa wakeup early sitting at the kitchen table reading his Quran.
Seorang Muslim tua Amerika bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu pegunungan sebelah timur Negara bagian Kentucky dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Quran di meja makan di dapurnya.
 

Kamis, Agustus 12, 2010

Matematika Ramadhan =D : 1 = 10 x 70 = 700. Konklusi : 1 = 700.

"Wekz, kq bisa? Kq bisa?"
"Ngarang lho ahh."
"Ngaco lho... Kata Bapak dosen gue mana ada 1 sama dengan 700!"

Walau lebay bin alay, tapi bisa jadi ini adalah pandangan dari salah satu sudut kehidupan kita. Semuanya dinilai dari logika, akal yang tak semestinya kita jadikan satu-satunya sandaran dalam melogikakan hidup kita. Bicara masalah kehidupan manusia, tekadang sedikit banyak kita memang sering terjebak pada apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, dan apa yang kita rasa, what I see, what I hear, and what I feel [sok pinter bahasa Inggris loe! hehe...]. Namun, sebenarnya dalam melogikakan hidup, kita mesti mesti memiliki prinsip yang menjadi koridor berpikir dan bergerak. Karena bagaimana pun akal manusia tidak terbatas, infinity dalam berimajinasi-menurut pandangan mausia sendiri.
Kerelatifan akal memuat manusia mampu menembus nilai-nilai yang seharusnya tidak patut ditembus. Kenapa tidak patut? Sebenarnya bukan masalah patut atau tidaknya, namun permasalahannya adalah karena akal manusia tercipta terbatas pada hal-hal tertentu, yang bila dipaksakan menembusnya maka yang dihasilkan adalah nihil, percuma, sia-sia, dan hanya akan menghasilkan interpretasi yang tiada ujung dan pangkalnya dengan kata lain sesat! Ya, itulah kata yang kiranya cocok disematkan pada mereka yang mengaku tidak bertuhan dan mempertanyakan Tuhan, zat-Nya, bahkan menganggap Tuhan tidak ada.

And so, sebelum kita berlanjut saya hanya ingin membuat kesepakatan kecil dengan pembaca yang budiman [yang gak budiman gak boleh baca! hehe... Boleh aja kq, kali aja dapat hidayah di sini =P], kita sepakati "koridor" berpikir kita bahwasanya mulai dari tulisan ini dan seterusnya baik dan buruk, benar dan salah semuanya kita kembalikan pada yang seharusnya, Allah subhanu wa ta'ala, Rasul-Nya, Al-Quran, As-Sunnah, dan turunannya menurut pendapat yang paling rajih (kuat).

Oke?

Huft... Lega rasanya. Akhirnya, kita bisa kembali ke judul =)
Bicara masalah Ramadhan, pasti ada beberapa hal yang terlintas di benak kita. Mulai dari mercon, ketupat, Idu Fitri, baju baru, jajan, uang saku, angpau, sampai buka puasa (lho? Penutupnya gak enak ~_~ ada ide gak?). Hehe... Ya gak gitu-gitu amat lah. Paling tidak di bulan Ramadhan yang terlintas di benak kita pasti suatu yang berbeda dengan bulan biasanya. Bagi seorang muslim, yang pasti kita meyakini bahwa ada diskon gedhe-gedhean di sini, big sale!
Bagaimana tidak kawan, simaklah salah satu hadis Rasulullah,

“Barang siapa melakukan satu ibadah sunah pada bulan Ramadhan maka ia seperti orang yg melaksanakan ibadah wajib pada selain bulan Ramadhan. Dan barang siapa melaksanakan ibadah wajib pada bulan Ramadhan maka ia seperti orang yg melaksanakan 70 ibadah wajib pada selain bulan Ramadhan.” *kalo ada yang tau sanad, matan, n perawinya kasih tau di kolom komentar ya cz ane gak nemu-nemu

Prolog of The Blog

Akhirnya, setelah beberapa lama ngebet pingin nulis lagi di blog kesampaian juga. ^_^
Udah berapa tahun ya? Pertama buat dan nulis, jika tidak salah ingat sekitar tiga tahun lalu pas kelas dua SMA. Pas lagi jadul-jadulnya buat tulisan gak mutu [sebagian, sebagian lumayan bermutu lho cz hasil copas (copy-paste) =P hehe. Biasa lah anak sekolah masih suka nyontek].
And now, tentu sekarang harus beda. Sudah jadi mahasiswa semuanya harus orisinal. Kalau nggak orisinal bukan mahasiswa namanya karena mahasiswa merupakan strata khusus dalam tatanan masyarakat yang dinilai serba bisa dan kreatif, bener gak? Tinggal haurs lebih kreatif aja copasnya, oyi? (lho?) Haha... Ok, nevermind.
Bicara masalah copas, hukum asalnya (cie... emang fiqh) sebenarnya mubah kawan, alias gak apa-apa. Asalkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan plagiat tersebut. Hmm... Kalau kamu-kamu pernah menikmati masa SMA, masa-masa yang katanya banyak kenangan indah itu-tu--menghelas nafas--, pasti kamu pernah diajari kutipan kan? Inget? Kalau nggak, nggak usah dipaksa.Kutipan dibagi dua: kutipan langsung (direct quatation) dan kutipan tidak langsung (indirect quatation), yang keduanya menyaratkan pencantuman sumber tulisan.
Gampangannya kalau ente mau copas tulisan orang, tulis tu sumber yang ente ngopas! Mau jelasin gitu aja kq susah amat ya. Biasa lah, pemanasan lama gak nulis bebas kayak gini.

Btw, napa juga ya ane nulis topik ini di posting pertama? Ehm... Jangan-jangan isi blog ini semuanya ntar mau diisi hasil copas. Ehm... (lagi). Ya jangan suudzon dulu atu bang, neng, akh, ukh, kawan-kawan, dan saudara-saudara semuanya. Ini mah sebenarnya hanya pengingat aja buat penulis ini blog agar selalu bertanggung jawab (wekk..) sama hasil tulisannya. Berpikir ilmiah dan antiplagiat. Kalau copas biar ingat buat nyantumin tulisan, syukur-syukur kalau mau nulis dengan ide sendiri, ya gak sob?
Kita semua gak pingin kan muncul lagi koruptor-koruptor gagasan di negeri kita? Gagasan aja di copas, apalagi uang (nah lho...?). Makanya jangan kaget kalo di negeri kita banyak banget tikus yang berkeliaran. Di selokan mah mending, lha itu? Di gedung DPR yang mestinya ngurusin perut rakyat bukan perut sendiri. Yah... Doain aja deh pemilu mendatang partai kesayangan saya menang [e..e..e.. kq promosi?]. Paling gak moga aja bisa memperbaiki mutu bangsa Indonesia yang kita cintai ini. Hehe...
Yapz, persiapan OK lah... Semoga bermanfaat buat semuanya saja. Bila ada yang bermanfaat dari coret-coretan di blog ini semuanya bukan dari ane kawan, tapi dari yang menggerakan hati dan pikiran ane sehingga keluar tu coretan. So, bersyukurlah hanya pada-Nya, Allah subhanahu wa ta'ala =)

Salam intelektual profetik. Selamat membaca.

Senin, Agustus 09, 2010

Processing

Sudah sangat lama saya tidak menulis blog. Yaah... Itung-itung mencoba kebiasaan baru di kehidupan kampus yang baru, akhirnya keluar juga keinginan menulis lagi. Untuk posting pertama mungkin ini dulu, belum ada ide yang akan dikeluarkan. Pembaca harap bersabar ya.... Mungkin awalnya penulis akan mem-posting tulisan penulis yang ada di notes Facebook (FB). Tapi, lain kali aja deh... Sekarang lagi di rumah tante di Surabaya. Setengah jam lagi keretaku ke Banyuwangi mau berangkat. So, wait until I onlines again, okay? CU ;-)